Pilih Gadis atau Janda?



Assalamu’alaikum, ustadz, saya mohon penjelasan dari segi syariat, apakah memang dianjurkan menikahi seorang gadis yang masih perawan? Apakah ada keutamaannya? Lebih utama mana jika seorang perjaka berencana menikahi seorang janda karena niatnya ingin menolong? Demikian ustadz, mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Terimakasih sebelumnya.
Hamba Allah

Biografi Al-Imam Al-Hafizh Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syarf An-Nawawi (631-676 H)

Biografi Al-Imam Al-Hafizh Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syarf An-Nawawi (631-676 H)

http://fatwasyafiiyah.blogspot.com/2010/05/biografi-al-imam-al-hafizh-muhyiddin.html


Nasabnya: 
Beliau adalah Al-Imam Al-Hafizh Syaikhul Islam Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syarf bin Muriy bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jam'ah bin Hizaam An-Nawawi, dinasabkan dengan Kota Nawa sebuah dusun di daerah Hauran, Suria, dari Damaskus sekitar dua hari perjalanan. Beliau seorang bermadzhab Asy-Syafi'i, Syaikhul Madzhab dan seorang fuqaha besar di zamannya.
Lahir di bulan Muharam tahun 631 Hijriyah di desa Nawa dari dua orang tua yang shaleh. Ketika berumur sepuluh tahun mulai menghafal Al-Qur'an dan bacaan-bacaan fiqih pada para ulama di sana.

doa nabi musa minta dimudahkan urusan & ucapan

http://rumaysho.com/belajar-islam/amalan/3271-doa-nabi-musa-minta-dimudahkan-urusan-dan-ucapan.html

Do’a ini adalah do’a yang amat manfaat. Do’a ini berisi hal meminta kemudahan pada Allah dan agar dimudahkan dalam ucapan serta dimudahkan untuk memahamkan orang lain ketika ingin berdakwah.
Do’a ini dari Nabi Musa ‘alaihis salam. Namun do’a ini bisa diamalkan pula oleh kita sebagaimana ditunjukkan oleh para ulama dalam berbagai kitab do’a kumpulan mereka[1]. Do’a ini terdapat pada firman Allah Ta’ala,
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي  وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي  يَفْقَهُوا قَوْلِي
Musa berkata, ‘Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii [Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS. Thoha: 25-28)

Iman, Bertambah dan Berkurang

http://muslim.or.id/nasehat-ulama/iman-bertambah-dan-berkurang.html
Sesungguhnya segala puji adalah bagi Allah. Kita memuji, meminta pertolongan, ampunan dan bertaubat kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari keburukan hawa nafsu kita dan dari keburukan amal-amal kita. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Barang siapa yang disesatkan oleh-Nya maka tidak ada lagi yang bisa menunjukinya. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Aku pun bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, orang yang dikasihi dan dicintai-Nya, orang yang dipercaya oleh-Nya untuk menyampaikan wahyu dan syari’at-Nya kepada umat manusia. Semoga salawat dan keselamatan terlimpah kepada beliau dan juga kepada para pengikutnya, serta para sahabatnya semua, semoga keselamatan sebanyak-banyaknya selalu tercurah kepada mereka.

Inilah Generasi Terbaik dalam Sejarah

 http://muslim.or.id/manhaj/inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html

“Belum pernah ada, dan tidak akan pernah ada suatu kaum yang serupa dengan mereka”
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Barangsiapa hendak mengambil teladan maka teladanilah orang-orang yang telah meninggal. Mereka itu adalah para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka adalah orang-orang yang paling baik hatinya di kalangan umat ini. Ilmu mereka paling dalam serta paling tidak suka membeban-bebani diri. Mereka adalah suatu kaum yang telah dipilih oleh Allah guna menemani Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan untuk menyampaikan ajaran agama-Nya. Oleh karena itu tirulah akhlak mereka dan tempuhlah jalan-jalan mereka, karena sesungguhnya mereka berada di atas jalan yang lurus.” (Al Wajiz fi ‘Aqidati Salafish shalih, hal. 198)

Buah Kejujuran

http://muslim.or.id/aqidah/buah-kejujuran.html
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, beliau mengisahkan bahwa suatu saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memboncengkan Mu’adz di atas seekor binatang tunggangan (keledai bernama ‘Ufair). Nabi berkata, “Hai Mu’adz.” Mu’adz menjawab, “Kupenuhi panggilanmu dengan senang hati, wahai Rasulullah.” Lalu Nabi berkata, “Hai Mu’adz.” Mu’adz menjawab, “Kupenuhi panggilanmu dengan senang hati, wahai Rasulullah.” Sampai tiga kali. Nabi pun bersabda, “Tidak ada seorang pun yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan -yang benar- selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah secara jujur dari dalam hatinya kecuali Allah pasti akan mengharamkan dia dari tersentuh api neraka.” Mu’adz berkata, “Wahai Rasulullah, apakah tidak sebaiknya saya menyampaikan kabar ini kepada orang-orang agar mereka bergembira?”. Beliau menjawab, “Kalau hal itu disampaikan, nantinya mereka justru bersandar kepadanya (malas beramal)?”. Menjelang kematiannya, Mu’adz pun menyampaikan hadits ini karena khawatir terjerumus dalam dosa (menyembunyikan ilmu) (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Fath al-Bari [1/273] dan Syarh Muslim [2/73-76], ini adalah lafaz Bukhari)
Hadits yang agung ini menyimpan pelajaran penting, di antaranya:

Indahnya Surga, Dahsyatnya Neraka

Indahnya Surga, Dahsyatnya Neraka



http://remajaislam.com/islam-dasar/aqidah/54-indahnya-surga-dahsyatnya-neraka.html

Saudaraku yang semoga dirahmati oleh Allah, sesungguhnya orang yang tidak mengenal kemuliaan akhirat dan malas beribadah akan menganggap dunia ini sebagai negeri yang senantiasa ia tempati. Ia selalu merasa kurang terhadap apa yang dimilikinya, tidak pernah merasa cukup mengejar dunia sampai segala keinginannya terpenuhi. Padahal, apa yang ia usahakan, berupa harta, anak, dan lain-lain, semua itu tidak akan pernah menimbulkan kepuasan pada dirinya, bahkan mampu membawa kesengsaraan baginya. Seharusnya dia menyadari bahwa sebentar lagi kematian akan menghampirinya. Adapun orang yang mendapat taufik, dia menyadari bahwa dunia dan segala keindahannya itu hanyalah tipuan belaka, sehingga dia tidak terperdaya  bahkan sebaliknya akan bergegas menuju ampunan Allah serta surga yang seluas langit dan bumi, yang dipersiapkan bagi orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Sekarang dan Masa Depan

Sekarang dan Masa Depan

http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/sekarang-dan-masa-depan.html



Segala puji bagi Allah, Yang merajai pada hari pembalasan. Salawat dan keselamatan semoga selalu terlimpah kepada Rasul akhir zaman, yang mengajak meniti jalan yang lurus menuju negeri keabadian yang dengan penuh kenikmatan. Amma ba’du.
Seringkali kita tertipu oleh pandangan sekilas. Sesuatu -yang belum jelas- menjadi tergambar indah dan menyenangkan dengan sekilas pandangan, padahal hanya sekilas saja. Namun, kalau diteliti dan dicermati dampak-dampaknya serta ujung-ujungnya, maka kebalikannya justru yang dijumpai; kesedihan, penyesalan dan penderitaan berkepanjangan. Subhanallah!

Sebab Berlipatnya Pahala

Sebab Berlipatnya Pahala

http://rumaysho.com/faedah-ilmu/15-faedah-ilmu/3163-sebab-berlipatnya-pahala.html

Perlu diketahui bahwa kadang pahala dilipatgandakan di sisi Allah boleh jadi karena beberapa hal.

Pertama: Kemuliaan tempat ketika dilaksanakannya amalan.
Seperti kemuliaan negeri harom (Makkah dan Madinah). Oleh karena itu, shalat di Makkah dan Madinah itu dilipatgandakan daripada masjid lainnya.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang shohih, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Shalat di masjidku lebih baik dari 1000 shalat di masjid lainnya kecuali masjidil harom." (HR Bukhari dan Muslim)

Ada Apa di Balik Musibah?

Ada Apa di Balik Musibah?

 http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/ada-apa-di-balik-musibah.html


Musibah dan bencana merupakan bagian dari takdir Allah Yang Maha Bijaksana. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),“Tidaklah menimpa suatu musibah kecuali dengan izin Allah. Barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan berikan petunjuk ke dalam hatinya.” (QS. at-Taghabun: 11).
Abu Dhabyan berkata: Dahulu kami duduk-duduk bersama Alqomah, ketika dia membaca ayat ini ‘Barang siapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan menunjuki hatinya’ dan beliau ditanya tentang maknanya. Beliau menjawab, “Orang -yang dimaksud dalam ayat ini- adalah seseorang yang tertimpa musibah dan mengetahui bahwasanya musibah itu berasal dari sisi Allah maka dia pun merasa ridha dan pasrah kepada-Nya.”. Sa’id bin Jubair dan Muqatil bin Hayyan menafsirkan, “Yaitu -Allah akan menunjuki hatinya- sehingga mampu mengucapkan istirja’ yaitu Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” (lihat Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [4/391])

Rambu-Rambu Mengkritik

Rambu-Rambu Mengkritik

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada penutup para rasul, kepada para keluarga dan sahabat beliau.
Sidang pembaca yang dimuliakan Allah, sesungguhnya kesalahan dan kekhilafan merupakan sifat yang melekat di diri anak cucu Adam. Oleh karenanya, setiap orang bisa saja dikritik dan dibantah. Tidak ada seorang pun yang ma’shum selain para nabi dan rasul. Meski demikian, terdapat beberapa ketentuan dan etika yang patut diperhatikan oleh setiap pihak yang ingin mengritik dan membantah seorang yang keliru dan menyelisihi kebenaran. Berikut berbagai ketentuan dan etika tersebut:

Menuju Perbaikan Umat

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian telah berjual beli dengan sistem riba, berlaku zalim, sibuk dengan dunia serta meninggalkan jihad, maka niscaya Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian. Kehinaan itu tidak akan hilang, hingga kalian kembali kepada ajaran agama kalian.” (HR. Abu Dawud dengan sanad hasan)

Hadits di atas merupakan penegasan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa kehinaan dan keterbelakangan akan menimpa umat ini tatkala jauh dari tuntunan agama, baik dari segi ilmu dan pengamalannya, serta sibuk dengan dunia. Tengoklah keadaan umat saat ini! Bukankah kehinaan itu telah ditimpakan kepada kita? Bahkan kehinaan itu telah menimpa kita semenjak kurun waktu yang lama.
Betapa banyak kaum muslimin yang ‘terjajah’ oleh kaum kafir, dari segi lahiriah dan batiniah. Betapa banyak dari kaum muslimin yang menghinakan dirinya dengan ‘melatahkan diri‘ kepada orang-orang kafir karena menganggap hal itu sebagai kemajuan, dan sebaliknya mereka beranggapan bahwa berpegang teguh kepada Islam adalah suatu keterbelakangan dan kemunduran, bahkan sebagian lagi menyerukan jargon untuk menanggalkan Islam sebagai sebuah solusi untuk menggapai kemajuan karena di dalam benak mereka berpegang teguh kepada tali Islam adalah ‘penyebab’ yang memasung potensi umat ini sehingga tidak mampu melejit ke depan. Namun selayaknya sebagai seorang muslim, cukuplah bagi kita apa yang telah diserukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tercinta dalam hadits di atas, bahwa segala kehinaan tersebut disebabkan karena jauhnya kita dari tuntunan agama.

PENTINGNYA KEJUJURAN DEMI TEGAKNYA DUNIA DAN AGAMA

http://www.almanhaj.or.id/content/2907/slash/0


Oleh
Syaikh Rabi Bin Hadi Al Madkhali



Sifat jujur merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia. Kehidupan dunia tidak akan baik, dan agama juga tidak bisa tegak di atas kebohongan, khianat serta perbuatan curang.

Jujur dan mempercayai kejujuran, merupakan ikatan yang kuat antara para rasul dan orang-orang yang beriman dengan mereka. Allah berfirman.

وَالَّذِي جَآءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ لَهُم مَّايَشَآءُونَ عِندَ رَبِّهِمْ ذَلِكَ جَزَآءُ الْمُحْسِنِينَ

"Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Rabb mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik". [Az zumar:33-34].

Karena (tingginya) kedudukan perbuatan jujur di sisi Allah, juga dalam pandangan Islam serta dalam pandangan orang-orang beradab dan juga karena akibat-akibatnya yang baik, serta bahaya perbuatan bohong dan mendustakan kebenaran; saya ingin membawakan naskah ini. Saya ambil dari Al Qur’an, Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, sejarah beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, sejarah dan kenyataan hidup orang-orang jujur dari kalangan shahabat Rasulullah. Dan hanya kepada Allah, saya memohon agar menolong dan memberikan taufiq kepada saya dalam menyampaikan nasihat dan penjelasan kepada kaum muslimin semampu saya. Dan saya memohon kepada Allah, agar Ia menjadikan kita orang-orang jujur yang bertekad memegang teguh kejujuran, serta menjadikan kita termasuk orang orang yang cinta kebenaran, mengikutinya serta mengimaninya. Karena keagungan nilai dan kedudukan perbuatan jujur di sisi Allah dan di sisi kaum muslimin, Allah menyifatkan diriNya dengan kejujuran (benar-pent). Allah berfirman.

قُلْ صَدَقَ اللهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَاكَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

"Katakanlah:"Benarlah (apa yang difirmankan) Allah." Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik". [Ali Imran :95]

Ini adalah pujian dari Allah untuk diriNya dengan sifat agung ini. Allah jujur (benar-pent) dalam semua beritaNya, syari’ahNya, dalam kisah-kisahNya tentang para nabi dan umat-umat mereka. Allah berfirman.

وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللهِ حَدِيثًا

"Dan siapakah yang lebih benar perkataan(nya) daripada Allah". [An Nisa:89].

Dakwah Para Nabi dan Rasul

http://muslim.or.id/aqidah/dakwah-para-nabi-dan-rasul.html


Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Berikut ini gambaran sekilas mengenai seruan para nabi dan rasul kepada kaumnya. Allah ta’ala telah mengisahkan sejarah perjuangan dakwah mereka di dalam kitab-Nya, mudah-mudahan kita termasuk orang yang bisa memetik pelajaran darinya, amin.
[1] Dakwah Nabi Nuh ‘alaihis salam
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. al-A’raaf: 59). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Nuh adalah dakwah tauhid.
[2] Dakwah Nabi Hud ‘alaihis salam
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan kepada kaum ‘Aad, Kami utus saudara mereka yaitu Hud. Dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. al-A’raaf: 65). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Hud adalah dakwah tauhid.

BERSATU DENGAN ILMU SYAR’I



Oleh
Syaikh Riyadh Al Huqail


الحمد لله وحده و الصلاة و السلام على رسول الله وآله وصحبه … وبعد


Tidak diragukan lagi, bahwa kejadian-kejadian yang terjadi di Palestina atau di beberapa tempat lainnya, sangat menggetarkan rasa. Membuat banyak mata meneteskan air mata dan menyebabkan hati berduka. Hanya kepada Allah kita mohon pertolongan.

Dalam benak kami, bahwa semua orang Islam -meskipun hanya sekedar mengaku Islam- pasti sangat mengharapkan adanya penyelesaian problema-problema umat ini, serta kemenangan dan kejayaannya. Bagaimanakah cara dan apa solusinya?

Syukur di Kala Meraih Sukses


http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/syukur-di-kala-meraih-sukses.html

Di kala impian belum terwujud, kita selalu banyak memohon dan terus bersabar menantinya. Namun di kala impian sukses tercapai, kadang kita malah lupa daratan dan melupakan Yang Di Atas yang telah memberikan berbagai kenikmatan. Oleh karenanya, apa kiat ketika kita telah mencapai hasil yang kita idam-idamkan? Itulah yang sedikit akan kami kupas dalam tulisan sederhana  ini.
Akui Setiap Nikmat Berasal dari-Nya
Inilah yang harus diakui oleh setiap orang yang mendapatkan nikmat. Nikmat adalah segala apa yang diinginkan dan dicari-cari. Nikmat ini harus diakui bahwa semuanya berasal dari Allah Ta’ala dan jangan berlaku angkuh dengan menyatakan ini berasal dari usahanya semata atau ia memang pantas mendapatkannya. Coba kita renungkan firman Allah Ta’ala,

Kategori

Kategori